PENTINGNYA
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Life Long Educationd
oleh : Intan Komalasari
Nim : 1610112320007
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat
diperlukan oleh manusia terutama dalam menjalani kegiatan dalam kehidupan.
Banyak keinginan manusia yang membuat dirinya agar menjadi maju dalam berbagai
aspek, sehingga dalam tataran praktis pendidikan sangatlah diperlukan dengan
kenyataan bahwa pendidikan adalah salah satu proses yang paling efektif untuk
terpenuhinya kebutuhan tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering
terjadi perbedaan status sosial yang membuat seseorang menjadi ingin lebih
tinggi dari pada yang lainnya. Oleh karena itu, untu mendapatkan status sosial
tersebut seseorang memerlukan pendidikan.
Jhon Dewey sebagai salah sau tokoh
pendidikan dari barat menawarkan konsep pendidkan yang tidak mengenal kata terlambat, terlalu tua, atau terlalu dini untuk memulai suatu
pendidikan. Konsep serupa pun dikenal dengan istilah “life long education” atau
kita kenal dengan istilah pendidikan seumur hidup, dan istilah ini mengajarkan
kita agar selalu belajar tanpa batas. Dalam agama pun, yaitu salah satunya
agama Islam menjelaskan pendidikan berlangsung sejak ruh ditiupkan ke jasad dan
berakhir sampai masa berusaha di dunia usai. Hal ini berarti bahwa proses
pendidikan harus berlangsung seumur hidup dengan laju perubahan yang terjadi
dari zaman ke zaman mengharuskan manusia tetap menjalani pendidikan agar dapat
menghadaapi perubahan zaman tersebut. (Jurnal
Arba’iyah yusuf 2016:2)
Sebelum membahas tentang Pendidikan
Seumur Hidup ( Life Long Education) lebih baik kita mengetahu apa-apa saja yang
termasuk kedalam asas-asas pokok pendidikan. Yaitu sebagai berikut.
A. Asas
Tut Wuri Handayani
Sebagai asa pertama, Tut Wuri Handayani
merupakan inti dari sistem Among perguruan. Asas yang di kumandangkan oleh Ki
Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P Sostrokartono dengan
menambahkan dua samboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo dan Ing Madyo
mangun Karso.
B. Asas
Belajar Sepanjang Hayat
Asas bekajar sepanjang hayat (life long
learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur
hidup (long life education). Kurikulum yang dapat merancang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horizontal.
-
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah
meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
C. Dimensi
horizontal dari kurikulum sekolah yaitu keterkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Asas Kemandirian Belajar
Dalam
kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghadiri campur tangan guru, namun guru selalu siap
mengulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalam peranutama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta
didik adalah sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). (Jurnal
Asas-asas Pendidikan 2016: 15-16)
Dari
ketiga asas pendidikan tersebut diatas yang akan saya bahas adalah Asas Belajar
Sepanjang Hayat yang di mana asas ini juga sangat penting untuk memajukan
sistem pendidikan dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Asas pendidikan
seumur hidup merupakan salah satu asas dimana mengubah manusia menjadi lebih
baik dan memberikan kesadaran bahwa pendidikan tidak hanya diterima oleh
anak-anak sampai dewasa tetapi juga sampai akhir hayat.
1.
Pengertian Pendidikan Seumur Hidup (Life
Long Education)
Pendidikan seumur hidup bukan
berarti harus bersekolah seumur hidup (hanya dilaksanakan dalam kegiatan formal
saja), tetapi pendidikan yang dimaksudkan dengan pendidikan seumur hidup yaitu
bahwa manusia dapat belajar dimana saja, kapan saja, dan tidak memandang
hal-hal yang dianggap dapat membatasi pendidikan, belajar seumur hidup
disinidapat bersifat formal, nonformal, dan informal.
Adapun pengerian pendidikan seumur
hidup yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan yaitu sebagai berikut.
a. Menurut
Sthepens, pokok dalam pendidikan sepanjang hayat adalah seluruh individu harus
memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisir untuk instruksi studi dan
belajar di setiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Adapun tujuannya adalah
menyembuhkan kemunduran akan pendidikan sebelumnya sehingga memperoleh
keterampilan baru, meningkatkan keahlian, dan mengembangkan kepribadian.
b. Silva
menyatakan, pendidikan sepanjang hayat dengan prinsip pengorganisasian yang
akhirnya memungkinkan pendidikan untuk melakukan fungsinya adalah proses
perubahan yang menuntut perkembangan individu.
c. Menurut
Croppley, pendidikan sepanjang hayat diartikan dengan tujuan atau ide formal
ntuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian
dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentang usia, dari usia yang
palig muda, sampai yang paling tua. (Jurnal Yati Hardiyanti 2011: 15-17)
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep juga brmakna ide atau
pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran
mental dan objek proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh
akal budi memahami hal-hal lain.
Menurut Soelaiman (1992) bahwa
proses pendidikan dapat berlangsung setiap saat dimanapun dan kapanpun, tanpa
memandang batasan waktu usia. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan beberpa
ilmuan lainnya yang pada intinya mengungkapkan bahwa pendidikan seumur hidup memang diperlukan. Adapun beberapa aspek
pendidikan seumur hidup yaitu sebagai berikut.
a. Aspek
ideologi, setiap manusia memiliki hak yang sama, serta meningkatkan pengetahuan
dan menambah keterampilannya. Maksudnya disini yaitu dalam keadaan apapun
manusia memiliki hak sama untuk mendapatkan suatu pendidikan, tidak memandang
tua, muda, jabatan serta bagaimana bentuknya manusia tersebut tetap saja
manusia harus benar-benar memiliki pengetahuan sepanjang hayatnya.
b. Aspek
ekonomis, pendidikan merupakan cara yang efektif untuk dapat keluar dari
lingkungan kemelaratan akibat kebodohan. Maksudnya disini yaitu dengan adanya
pendidikan manusia yang semula tidak memiliki apa-apadalam artian seperti harta
dan sebagainya menjadi terangkat derajatnya dan dapat memiliki kehidupan yang
baik dari pada sebelumnya.
c. Aspek
sosiologis, memberikan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Maksudnya disini
yaitu suatu pendidikan akan dapat mengubah kehisupan serta tingkah laku
seseorang menjadi lebih baik lagi.
d. Aspek
politis, tugas pendidikan seumur hidup salah satunya yaitu menjadikan seluruh
rakyat menyadari bagaimana pentingnya hak-hak negara dalam berdemokrasi.
Maksudnya disini yaitu dengan adanya pendidikan masyarakat akan lebih memahami
dan dapat ikut serta dalam membangun negara Indonesia.
e. Aspek
psikologis, yaitu pendidikan juga diperlukan untuk memngembangkan dasar kejiwaan
dan jasmani manusia yang meliputi kesadaran rohani, baik dari pikir, rasa,
krasa, cipta, dan budi.
f. Aspek
pedagosis, yaitu pendidikan juga memiliki perkembangan IPTEK yang berpengaruh
terhadap pendidikan. Maksudnya disini setiap manusia juga harus mengethu
bagaiman perkembangan IPTEK yang terjadi secara berangsur-angsur.
g. Aspek
teknologi dan kurtural, negara- negara sedang berkembang, sebagaimana dengan
negara yang telah maju dilanda oleh ilmu eksplosi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, para sarjana, guru, teknisi dan pimpinannya membutuhkan untuk terus
menerus mempengaruhi pengetahuan dan keterampilannya, sebagaimana yang
dilakukan oleh rekan-rekannya di negara yang sudah maju.
h. Aspek
etis, terjadinya pendidikan sepanjang hayat secara luas dikalangan masyarakat
dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan
sosial. (Jurnal Arba’iyah Yusuf
2016:119-121)
2.
Hakekat Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha manusia dalam
proses pembentukan manusia seutuhnya mencangkup kemampuan mental, fikir, dan
kepribadian, sebagai bekal manusia untuk meraih keberhasilan dan kesuksan dalam
hidup. Pendidikan juga sering disebut sebagai suatu proses dalam mengenbangkan
pengetahuan, keterampilan, pikiran dan karakter manusia. Pendidikan juga
memiliki keterkaitan terhadap perkembangan manusia, mulai dari perkembangan
fisik, kesehatan, keterampilan pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada
perkembangan iman, sepritual maka akan didapatkan hasil secara seimbang dengan
melalui pendidikan.
Ada pernyataan yang berbunyi “kegagaln
dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan umat manusia, merupakan kegagalan
bagi kelangsungan kehidupan bangsa”. Pernyataan tersebut mnunjukkan bahwa,
pendidikan merupakan lembaga yang dikelola masyarakat secara sadar yang bertujuan
mengembangkan kepribadian dan kemauan sumber daya manusia. Seseorang dengan
kemampuan Intelektualdan kecerdasan yang tinggi, telah mampu meraih tingkat
keberhasilan dalam kehidupannya. Masyarakat yang maju dan modern adalah
masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban yang menghasilkan
budaya dalam pendidikan. Budaya-budaya itu sendiri sering digumanakan
masyarakat untuk mempersiapkan manusia menjadi pelaku sejarah.
Tujuan pendidikan yang paling utama
adalah untuk mempersiapkan hidup. Pendidikan juga bertujuan untuk memenuhi
seperangkat pendidikan yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah
diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Adapun tujuan-tujuan pendidikan yang
hendak dicapai yaitu sebagi berikut.
a. Tujuan
pendidikan nasional (TPN) oleh UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa
pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta serta
bertanggung jawab emasyarakatan serta kebangsaan.
b. Tujuan
Institusional, yaitu tujuan yang hendak dicapat suatu lembaga pendidikan atau
suatu pendidikan tertentu.
c. Tujuan
kurikulum, yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bidang ilmu atau program
studi, bidang studi, mata pelajaran, dan suatu ajaran yang disusun berdasarkan
tujuan institusional.
d. Tujuan
instruksional, atau tujuan pengajaran yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah
diselesaikannya proses pembelajaran yang disusun berdasarkan tujuan kurikulum
sesuai pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang diungkapkan dalam alokasi waktu
tertentu. (Jurnal Fathul Jannah 2016:3-6)
3.
Starategi Pendidikan Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur hidup merupakan
alat untuk mengembangkan individu-individu berlangsung terus menerus agar lebih
bernilai dalam masyarakat. Di dalam penerapannya diperlukan suatu stragi,
sehingga pendidikan bagi manusia dapat diartikan secara tepat dan benar.
Menurut Soelaiman Joesef, strategi pendidikan
seumur hidup meliputu :
a. Konsep
dasar pendidikan seumur hidup yaitu :
1.
Sebagai tujuan/ide formal, pendidikan
seumur hidup diartikan sebagia tujuan atau ide untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan, yang meliputi seluruh rentangan
usia.
2.
Sebagai respon terhadap keinginan,
pelajar baelajar karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar
dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
3.
Sebagai cara yang logis untuk mehadapi
problem, perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik respons untuk
beradabtasi dengan lingkungan seumur hidup.
4.
Sebagai dasar desain kurikulum,
kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
kuikulum dirancang atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup yang
praktis untuk mencapai pendidikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan
seumur hidup.
b. Arah
dan alasan pendidikan seumur hidup
Pendidikan seumur hidup alam rangka
menambah pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dalam hidup, umumnya
diarahkan :
1.
Kepada orang dewasa, yaitu sebagai
generasi penerus, kaum muda/dewasa membutuhkan pendidikan seumur hidup dalam
rangka pemenuhan “Self Interest” yang merupakan tuntunan hidup sepanjang masa.
2.
Kepada anak-anak, anak yaitu tempat awal
bagi orang dewasa, maka dari itu pendidikan bagi anak perlu mendapatkan
perhatian, dengan program kegiatan tersusun mulai dari peningkatan kecakapan
baca tulis, keterampilan dasar, mempertinggi daya pikir, sehingga membuat anak
belajar berpikir kritis dan mempuyai pandangan hidup kedepan. (Jurnal
Fathul Jannah 2016:11-12)
Salah
satu pokok wawasan belajar sepanjang hayat adalah optimis kreasi wahana
kehidupan masyarakat manusia. Ciri masyarakat maju dan terbelakang antara lian
terletak pada yang satu menguasai alam dan yang lain dikuasai alam. Memang,
gerakan ekologik sekarang ingin kembali ke pelestarian alam. Pelestarian alam
tidaklah harus diartikan bertentangan denhan menguasai alam. Manusia maju
dimasa depan bukannya menguasai alam, melainkan mensyukuri alama ciptaan Tuhan,
dengan mengoptimalkan pemanfaatannya, dengan memperhatika resiko kerusakannya.
Mensyukuri alam ciptaan Tuhan dengan mengendalikan pemanfaatannya. Agar
memahami untuk tidak merusak alam dan mengendalikan alam maka manusia
memerlukan pendidikan, dan agar manusia tidak dikuasai oleh alam maka manusia
harus memiliki pendidikan yang harus dilaksanakan sampai akhir hayat.
4.
Prospek Pendidikan Seumur Hidup
Hasil penelitian McGeoch yaitu prestasi
belajar pada orang dewasa naik lebih cepat untuk hal-hal yang lebih abstrak,
dan naik lebih lambat untuk hal yang kongkrit. McGeoch membuat kesimpulan lain
lagi yaitu, semakin bertambah usia orang dewasa semakin luas, beragam, dan
tinggi kualitas prestasinya. Miles menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa
latihan dan praktek dapat mempertahankan status mental seseorang.
Kecakapan intelektual pada dimensi
intelegensinya dapat saja berkembang dengan kecepatan yang berbeda dengan
dimensi kognisinya. Tanpa banyak latihan dan praktek mungkin sekali status
intelegensinya mengikuti sreroitipe. Tanpa mengembangkan pola-pola baru, tidak
mereorganisasikan pengetahuannya, tidak menggunakan taktik atau strategi lain,
kecakapan intelektual pada dimensi kognisinya tidak akan berkembang terus.
Hanya dengan taktik atau strategi yang harus diperbaharui atau hanya dengan
pengorganisasian yang lebih dikembangkan, kecakapan intelektual seseorang dapat
dipelihara agar tetap naik prestasinya.
Klein (1970) mengidentifikasikan
aspek-aspek yang dapat dipakai untuk mengembangkan pola, taktik, strategi, atau
organisasi pengetahuan seseorang. Ada yang menggunakan gaya “langsung
menginpor” pendapat seseorang, sebalik dengan gaya “memasukkan dengan dalam
rangka pemikiran sendiri”. Ada yang suka meminimalkan keragaman. Sebaliknya ada
yang menyukai “pembedaan sangat rinci”. Ada yang menyukai “telaahan yang sangat
luas”. Sebaliknya ada yang menyukai “telaahan yang sangat mendalam”. Schorder
dan kawan-kawan (1967) membedakan kecenderungan yang lebih mentolerir dan
kurang mentolerir kejumbuhan (ambiguity). Sementara ahli lebih mengkonsepkan
yang sangat luas, sebalik dengan yang lebih menyukai pengkonsepan yang
pilih-jelas-beda.
Aspek-apek tersebut dapat dipakai untuk
mengembangkan pola, organisasi, taktik, strategi, dan/atau gaya kecakapan
intelektual sehingga perkembangan intelektualnya dapat dipertahankan terus naik
untuk jangka waktu lebih panjang. Sukar untuk mempertahankan perkembangan
intelektual terus naik, karena potensi biologikk manusia setelah usia 35 tahun
mengalami kemunduran. Pada tahap perkembangan ilmu pengetahuan masa kini,
keminduran biologik tersebut belim dapat diatasi. (Buku Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir 1999:50-52)
Makna yang didapat dari
pembahasan-pembahasan tersebut diatas adalah wawasan belajar tiada
akhir/belajar sepanjang hayat. Itu sesuatu yang memberi harapan, karena
prestasi manusia tetap dapat ditingkatkan, tetap dapat dioptimalkan, sejauh ada
upaya diri yang bersangkutan untuk dapat mengembangkan pola, organisasi,
taktik, dan/atau gaya belajarnya.
5.
Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Imlikasi
merupakan langsung atau konsekuensi dari dari suatu keputusan. Dengan demikian
maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan atau
keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Penerapan azas
pendidikan masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi pendidikan
seumur hidup pada program pendidikan daoat dikelompokan menjadi beberapa
kategori yaitu :
1.
Pendidikan baca tulis fungsional
Program ini tidak saja penting bagi
pendidikan seumur hidup dikarenakan relevansinya yang ada pada negara-negara
berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk yang buta huruf, mereka lebih
senang menonton TV, mendengarkan radio, mengakses internet dari pada membaca.
Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan huruf fungsional terhadap
perkembangan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh IPTEK terhadap kehidupan
masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh karena
pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan ini dapat diperoleh
melalui bahan bacaan utamnya.
Realisasi baca tulis fungsional, minimal
memuat dua hal yaitu :
1.
Memberikan kecakapan membaca, menulis,
menghitung yang fungsional bagi anak didik;
2. Menyediakan
bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan
yang telah dimilikinya.
2. Pendidikan
vakasional
Pendidikan vakasional adalah sebagai program
pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun sebagai
pendidikan formal dan non formal. Oleh sebab itu, program pendidikan yan
bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang
produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa
pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai
maksudnya dalam pelaksaannya jangan setengah-setengah tetapi hendaknya sampai
akhir. Denga terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
makin meluasnya industrialisasi menuntut pendidikan vokasional tetap
dilaksanakan secara kontinyu.
3. Pendidikan
profesional
Realisasi pendidikan seumur hidup, dalam
kiat-kiat profesi telah tercipta Bullt In Mechanism yang memungkinkan golongan
profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut
metodologi, perlengkapan, trimonologi, dan sikap profesionalnya. Sebab
bagimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi
profesional, bahkan tantangan bagi mereka sangat besar.
4. Pendidikan
kearah perubahan dan pembangunan
Era globalisasi dan informasi yang ditandai
dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi
kehidupan masyarakat, dengan cara yang serba masak dengan serba menggunakan
mekanik, sampai dngan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja
konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinyu (life long
education). Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar
mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan
konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup.
5. Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Selain tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang diman pola pikir masyarakat yang
semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pimpinan pemerintah di
negara yang demokratis. Diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan
politik bagi setiap warga negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat
kontinyu dalam konteks ini merupakan konsekuensinya. (Jurnal Yati Hardiyanti 2011:13-15)
6. Perkembangan
Kecakapan Intelektual
Dalam
belajar sepanjang hayat hendaknya kita mengetahu perkembangan-perkembangan
manusia dalam menerima kecakapan intelektual. Umumnya para ahli sependapat
bahwa kecakapan intelektual berkembang pesat pada usia muda, dilanjutkan denga
periode plateau stabilitas, dan akhirnya menurun cepat. Kapan tumbuh cepat,
kapan stabil, dan kapan menurun cepat para ahli belum sepakat. Kapan
pertumbuhan awal yang cepat berakhir dan masing-masing ahli menjawab, Doll
menyebut usia 13 tahun, Dearborn 14,5 tahun, Binet, Kuhlman, Terman, dan Otis
menyebutkan 15-16 tahun, Bayley 21 tahun, Wechsler menyebut 25 tahun sampai 30
tahun. Dan Bayley serta Oden menyimpulkan bahwa akhir pertumbuhan cepat tidak
akan melampaui usia 50 tahun. McLeish mengemukakan bahwa penurunan kecakapan
intelektual itu tidak menyeluruh, melainkan spesifik. Tyler dan Anastasi
menunjukkan hasil tes kekayaan bahasa kompetensi yang menyangkut kehidupan
tidak mengikuti stereotipe perkembangan intelektual. Tyler menyimpulkan bahwa
beberapa kecakapan intelektual bertahan stabil sampai usia 60 tahun.
Welford
berpendapat lain dari pada para ahli tersebut diatas. Dia berkesimpulan bahwa
kecakapan intelektual berkait pada usia dalam arti terjadi reduksi kecakapan
menanggapi stimuki, sedangkan untuk lingkungan yang telah dikenal, orang lebih
tua dapat menampilkan lebih baik. Itu berarti bahwa teknik dan keterampilan
pemuda tidak sesuai bagi yang lebih tua. Dengan bertambahnya usia, orang perlu
mengerahkan dan mengorganisasikan inteleknya dengan cara baru, agar tetap
tumbuh.
7. Teori
Belajar
Dalam
belajar sepanjang hayat kita juga perlu memperhatikan teori dalam belajar agar
dalam berlangsungnya belajar sepanjang hayat dapat terpenuhi kesuruhannya.
Berikut adalah teori-teori belajar.
a. Teori
Koneksionisme dari Thorndike
Menurut
teori ini belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahu
dengan yang baru. Proses belajar menurut teori ini mengikuti tiga hukum yaitu,
hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum efek. Menurut hukum kesiapan,
aktivitas belajar dapat berlangsung secara efektif dan efesin bila subyek telah
memiliki kesiapan belajar. Menurut hukum latihan, koneksi antara kondisi dan
tindakan akan menjadi lebih kuat bila ada latihan. Hukum efek menyatakan bahwa
aktivitas belajar yang memberi efek menyenangkan cenderung akan diulang atau
ditingkatkan, dan bila efeknya tidak menyenangkan akan terjadi sebaliknya.
Disamping tiga hukum tersebut, Thorndike mengakui tentang adanya transfer of
training. Konsep transfer of training bertolk dari teori unsur identik yang
menyatakan bahwa hasl latihan pada sesuatu kecakapan dapat ditransfer pada
kecakapan lain bila banyak mengandung unsur identik.
b. Teori
Conditioning
Diikuti
dan dikembangkan oleh sejumlah ahli seperti, Watson, Skinner, dan Guthrie.
Menurut teori ini belajar adalah proses yang terjadi karena adanya stimulsi.
Perubahan perilaku manusia terjadi sebagai hasil dari conditioning berupa
latihan atau kebisaan mereaksi terhadap stimulasi.
c. Teori
Gestalt
Teori
ini dikembangkan oleh Kohler, Koffka, dan Wert-heimer. Teori gestalt menganggap
bahwa insight merupakan inti dari belajar. Hukum-hukum yang ditampilkan ada
lima, yaitu hukum penuh arti, hukum kesamaan, hukum keterdekatan, hukum
ketertutupan, dan hukum kontinuitas.
d. Teori
Medan dari Kurt Lewin
Teori
ini mendasarkan pada kesatuan Gestalt dari masa lampau, masa kini, dan masa
yang akan datang. Hal baru yang dikemukakan yaitu belajar adalah pengubahan
struktur konigtif, pengalaman sukses mendorong belajar, dan aspirasi menuntut
pemusatan tenaga. (Buku Prof. Dr. H.
Noeng Muhadjir 1999:49-50)
Dari
urayan diatas tentang Belajar Sampai Akhir Hayat (Life Long Education) dapat
dilihat bahwa belajar tidak hanya berlaku untuk masa muda. Tetapi juga berlaku
sepanjang hayat. Anak usia dini, dewasa, sampai lanjut usia pun dapat belajar
selagi memang ada kemauan. Hendaknya juga kita dapat belajar sampai akhir hayat
karena pendidikan sangatlah diperlukan. Jangan pernah malu belajar saat usia
sudah menjelang tua, karena pendidikan pun tidak malu untuk tetap menunggu kita
sampai kita dapat menjadi orang sukses dan berakal.
Sumber
Ilmu
pendidikan dan perubahan sosial, Edisi V yany ditulis oleh Prof. Dr. H. Noeng
Muhadjir seorang guru besar Pasca Sarjana.
Jurnal
dengan tema Pendidikan Seumur Hidup Dan Implikasinya Oleh Fathul Janah
Jurnal
dengan tema Belajar Tanpa Batas Oleh Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
Jurnal
dengan tema Alam dan Sunatulah dalam Implementasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Oleh Nidawati
Pengantar
Dasar-dasar Kependidikan ditulis oleh Tim Dosen IKIP Malang.
Jurnal
dengan Tema Pendidikan Seumur Hidup Oleh Yati Hardiyanti