Rabu, 11 Oktober 2017

Pentingnya Pendidikan Seumur Hidup



PENTINGNYA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Life Long Educationd
oleh : Intan Komalasari
Nim : 1610112320007
          Pendidikan adalah sesuatu yang sangat diperlukan oleh manusia terutama dalam menjalani kegiatan dalam kehidupan. Banyak keinginan manusia yang membuat dirinya agar menjadi maju dalam berbagai aspek, sehingga dalam tataran praktis pendidikan sangatlah diperlukan dengan kenyataan bahwa pendidikan adalah salah satu proses yang paling efektif untuk terpenuhinya kebutuhan tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering terjadi perbedaan status sosial yang membuat seseorang menjadi ingin lebih tinggi dari pada yang lainnya. Oleh karena itu, untu mendapatkan status sosial tersebut seseorang memerlukan pendidikan.
          Jhon Dewey sebagai salah sau tokoh pendidikan dari barat menawarkan konsep pendidkan yang tidak mengenal kata terlambat, terlalu tua, atau terlalu dini untuk memulai suatu pendidikan. Konsep serupa pun dikenal dengan istilah “life long education” atau kita kenal dengan istilah pendidikan seumur hidup, dan istilah ini mengajarkan kita agar selalu belajar tanpa batas. Dalam agama pun, yaitu salah satunya agama Islam menjelaskan pendidikan berlangsung sejak ruh ditiupkan ke jasad dan berakhir sampai masa berusaha di dunia usai. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan harus berlangsung seumur hidup dengan laju perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman mengharuskan manusia tetap menjalani pendidikan agar dapat menghadaapi perubahan zaman tersebut. (Jurnal Arba’iyah yusuf 2016:2)
          Sebelum membahas tentang Pendidikan Seumur Hidup ( Life Long Education) lebih baik kita mengetahu apa-apa saja yang termasuk kedalam asas-asas pokok pendidikan. Yaitu sebagai berikut.
A.    Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asa pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sistem Among perguruan. Asas yang di kumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P Sostrokartono dengan menambahkan dua samboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo dan Ing Madyo mangun Karso.
B.     Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas bekajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (long life education). Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horizontal.
-        Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
C.     Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yaitu keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.  Asas Kemandirian Belajar
            Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghadiri campur tangan guru, namun guru selalu siap mengulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peranutama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).  (Jurnal Asas-asas Pendidikan 2016: 15-16)
            Dari ketiga asas pendidikan tersebut diatas yang akan saya bahas adalah Asas Belajar Sepanjang Hayat yang di mana asas ini juga sangat penting untuk memajukan sistem pendidikan dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Asas pendidikan seumur hidup merupakan salah satu asas dimana mengubah manusia menjadi lebih baik dan memberikan kesadaran bahwa pendidikan tidak hanya diterima oleh anak-anak sampai dewasa tetapi juga sampai akhir hayat.

1.    Pengertian Pendidikan Seumur Hidup (Life Long Education)
              Pendidikan seumur hidup bukan berarti harus bersekolah seumur hidup (hanya dilaksanakan dalam kegiatan formal saja), tetapi pendidikan yang dimaksudkan dengan pendidikan seumur hidup yaitu bahwa manusia dapat belajar dimana saja, kapan saja, dan tidak memandang hal-hal yang dianggap dapat membatasi pendidikan, belajar seumur hidup disinidapat bersifat formal, nonformal, dan informal.
              Adapun pengerian pendidikan seumur hidup yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan yaitu sebagai berikut.
a.       Menurut Sthepens, pokok dalam pendidikan sepanjang hayat adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisir untuk instruksi studi dan belajar di setiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Adapun tujuannya adalah menyembuhkan kemunduran akan pendidikan sebelumnya sehingga memperoleh keterampilan baru, meningkatkan keahlian, dan mengembangkan kepribadian.
b.      Silva menyatakan, pendidikan sepanjang hayat dengan prinsip pengorganisasian yang akhirnya memungkinkan pendidikan untuk melakukan fungsinya adalah proses perubahan yang menuntut perkembangan individu.
c.       Menurut Croppley, pendidikan sepanjang hayat diartikan dengan tujuan atau ide formal ntuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentang usia, dari usia yang palig muda, sampai yang paling tua.  (Jurnal Yati Hardiyanti 2011: 15-17)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep juga brmakna ide atau pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran mental dan objek proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain.
              Menurut Soelaiman (1992) bahwa proses pendidikan dapat berlangsung setiap saat dimanapun dan kapanpun, tanpa memandang batasan waktu usia. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan beberpa ilmuan lainnya yang pada intinya mengungkapkan bahwa pendidikan seumur  hidup memang diperlukan. Adapun beberapa aspek pendidikan seumur hidup yaitu sebagai berikut.
a.       Aspek ideologi, setiap manusia memiliki hak yang sama, serta meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. Maksudnya disini yaitu dalam keadaan apapun manusia memiliki hak sama untuk mendapatkan suatu pendidikan, tidak memandang tua, muda, jabatan serta bagaimana bentuknya manusia tersebut tetap saja manusia harus benar-benar memiliki pengetahuan sepanjang hayatnya.
b.      Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang efektif untuk dapat keluar dari lingkungan kemelaratan akibat kebodohan. Maksudnya disini yaitu dengan adanya pendidikan manusia yang semula tidak memiliki apa-apadalam artian seperti harta dan sebagainya menjadi terangkat derajatnya dan dapat memiliki kehidupan yang baik dari pada sebelumnya.
c.       Aspek sosiologis, memberikan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Maksudnya disini yaitu suatu pendidikan akan dapat mengubah kehisupan serta tingkah laku seseorang menjadi lebih baik lagi.
d.      Aspek politis, tugas pendidikan seumur hidup salah satunya yaitu menjadikan seluruh rakyat menyadari bagaimana pentingnya hak-hak negara dalam berdemokrasi. Maksudnya disini yaitu dengan adanya pendidikan masyarakat akan lebih memahami dan dapat ikut serta dalam membangun negara Indonesia.
e.       Aspek psikologis, yaitu pendidikan juga diperlukan untuk memngembangkan dasar kejiwaan dan jasmani manusia yang meliputi kesadaran rohani, baik dari pikir, rasa, krasa, cipta, dan budi.
f.       Aspek pedagosis, yaitu pendidikan juga memiliki perkembangan IPTEK yang berpengaruh terhadap pendidikan. Maksudnya disini setiap manusia juga harus mengethu bagaiman perkembangan IPTEK yang terjadi secara berangsur-angsur.
g.      Aspek teknologi dan kurtural, negara- negara sedang berkembang, sebagaimana dengan negara yang telah maju dilanda oleh ilmu eksplosi, ilmu pengetahuan dan teknologi, para sarjana, guru, teknisi dan pimpinannya membutuhkan untuk terus menerus mempengaruhi pengetahuan dan keterampilannya, sebagaimana yang dilakukan oleh rekan-rekannya di negara yang sudah maju.
h.      Aspek etis, terjadinya pendidikan sepanjang hayat secara luas dikalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. (Jurnal Arba’iyah Yusuf 2016:119-121)
2.    Hakekat Pendidikan
        Pendidikan merupakan usaha manusia dalam proses pembentukan manusia seutuhnya mencangkup kemampuan mental, fikir, dan kepribadian, sebagai bekal manusia untuk meraih keberhasilan dan kesuksan dalam hidup. Pendidikan juga sering disebut sebagai suatu proses dalam mengenbangkan pengetahuan, keterampilan, pikiran dan karakter manusia. Pendidikan juga memiliki keterkaitan terhadap perkembangan manusia, mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada perkembangan iman, sepritual maka akan didapatkan hasil secara seimbang dengan melalui pendidikan.
        Ada pernyataan yang berbunyi “kegagaln dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan umat manusia, merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa”. Pernyataan tersebut mnunjukkan bahwa, pendidikan merupakan lembaga yang dikelola masyarakat secara sadar yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemauan sumber daya manusia. Seseorang dengan kemampuan Intelektualdan kecerdasan yang tinggi, telah mampu meraih tingkat keberhasilan dalam kehidupannya. Masyarakat yang maju dan modern adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban yang menghasilkan budaya dalam pendidikan. Budaya-budaya itu sendiri sering digumanakan masyarakat untuk mempersiapkan manusia menjadi pelaku sejarah.
        Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk mempersiapkan hidup. Pendidikan juga bertujuan untuk memenuhi seperangkat pendidikan yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Adapun tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dicapai yaitu sebagi berikut.
a.       Tujuan pendidikan nasional (TPN) oleh UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta serta bertanggung jawab emasyarakatan serta kebangsaan.
b.      Tujuan Institusional, yaitu tujuan yang hendak dicapat suatu lembaga pendidikan atau suatu pendidikan tertentu.
c.       Tujuan kurikulum, yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bidang ilmu atau program studi, bidang studi, mata pelajaran, dan suatu ajaran yang disusun berdasarkan tujuan institusional.
d.      Tujuan instruksional, atau tujuan pengajaran yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah diselesaikannya proses pembelajaran yang disusun berdasarkan tujuan kurikulum sesuai pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang diungkapkan dalam alokasi waktu tertentu. (Jurnal Fathul Jannah 2016:3-6)

3.    Starategi Pendidikan Seumur Hidup
        Konsep pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu berlangsung terus menerus agar lebih bernilai dalam masyarakat. Di dalam penerapannya diperlukan suatu stragi, sehingga pendidikan bagi manusia dapat diartikan secara tepat dan benar.
        Menurut Soelaiman Joesef, strategi pendidikan seumur hidup meliputu :
a.       Konsep dasar pendidikan seumur hidup yaitu :
1.      Sebagai tujuan/ide formal, pendidikan seumur hidup diartikan sebagia tujuan atau ide untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan, yang meliputi seluruh rentangan usia.
2.      Sebagai respon terhadap keinginan, pelajar baelajar karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
3.      Sebagai cara yang logis untuk mehadapi problem, perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik respons untuk beradabtasi dengan lingkungan seumur hidup.
4.      Sebagai dasar desain kurikulum, kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup  kuikulum dirancang atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup yang praktis untuk mencapai pendidikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup.
b.      Arah dan alasan pendidikan seumur hidup
Pendidikan seumur hidup alam rangka menambah pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dalam hidup, umumnya diarahkan :
1.      Kepada orang dewasa, yaitu sebagai generasi penerus, kaum muda/dewasa membutuhkan pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan “Self Interest” yang merupakan tuntunan hidup sepanjang masa.
2.      Kepada anak-anak, anak yaitu tempat awal bagi orang dewasa, maka dari itu pendidikan bagi anak perlu mendapatkan perhatian, dengan program kegiatan tersusun mulai dari peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar, mempertinggi daya pikir, sehingga membuat anak belajar berpikir kritis dan mempuyai pandangan hidup kedepan.  (Jurnal Fathul Jannah 2016:11-12)
Salah satu pokok wawasan belajar sepanjang hayat adalah optimis kreasi wahana kehidupan masyarakat manusia. Ciri masyarakat maju dan terbelakang antara lian terletak pada yang satu menguasai alam dan yang lain dikuasai alam. Memang, gerakan ekologik sekarang ingin kembali ke pelestarian alam. Pelestarian alam tidaklah harus diartikan bertentangan denhan menguasai alam. Manusia maju dimasa depan bukannya menguasai alam, melainkan mensyukuri alama ciptaan Tuhan, dengan mengoptimalkan pemanfaatannya, dengan memperhatika resiko kerusakannya. Mensyukuri alam ciptaan Tuhan dengan mengendalikan pemanfaatannya. Agar memahami untuk tidak merusak alam dan mengendalikan alam maka manusia memerlukan pendidikan, dan agar manusia tidak dikuasai oleh alam maka manusia harus memiliki pendidikan yang harus dilaksanakan sampai akhir hayat.

4.   Prospek Pendidikan Seumur Hidup
       Hasil penelitian McGeoch yaitu prestasi belajar pada orang dewasa naik lebih cepat untuk hal-hal yang lebih abstrak, dan naik lebih lambat untuk hal yang kongkrit. McGeoch membuat kesimpulan lain lagi yaitu, semakin bertambah usia orang dewasa semakin luas, beragam, dan tinggi kualitas prestasinya. Miles menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa latihan dan praktek dapat mempertahankan status mental seseorang.
       Kecakapan intelektual pada dimensi intelegensinya dapat saja berkembang dengan kecepatan yang berbeda dengan dimensi kognisinya. Tanpa banyak latihan dan praktek mungkin sekali status intelegensinya mengikuti sreroitipe. Tanpa mengembangkan pola-pola baru, tidak mereorganisasikan pengetahuannya, tidak menggunakan taktik atau strategi lain, kecakapan intelektual pada dimensi kognisinya tidak akan berkembang terus. Hanya dengan taktik atau strategi yang harus diperbaharui atau hanya dengan pengorganisasian yang lebih dikembangkan, kecakapan intelektual seseorang dapat dipelihara agar tetap naik prestasinya.
       Klein (1970) mengidentifikasikan aspek-aspek yang dapat dipakai untuk mengembangkan pola, taktik, strategi, atau organisasi pengetahuan seseorang. Ada yang menggunakan gaya “langsung menginpor” pendapat seseorang, sebalik dengan gaya “memasukkan dengan dalam rangka pemikiran sendiri”. Ada yang suka meminimalkan keragaman. Sebaliknya ada yang menyukai “pembedaan sangat rinci”. Ada yang menyukai “telaahan yang sangat luas”. Sebaliknya ada yang menyukai “telaahan yang sangat mendalam”. Schorder dan kawan-kawan (1967) membedakan kecenderungan yang lebih mentolerir dan kurang mentolerir kejumbuhan (ambiguity). Sementara ahli lebih mengkonsepkan yang sangat luas, sebalik dengan yang lebih menyukai pengkonsepan yang pilih-jelas-beda.
       Aspek-apek tersebut dapat dipakai untuk mengembangkan pola, organisasi, taktik, strategi, dan/atau gaya kecakapan intelektual sehingga perkembangan intelektualnya dapat dipertahankan terus naik untuk jangka waktu lebih panjang. Sukar untuk mempertahankan perkembangan intelektual terus naik, karena potensi biologikk manusia setelah usia 35 tahun mengalami kemunduran. Pada tahap perkembangan ilmu pengetahuan masa kini, keminduran biologik tersebut belim dapat diatasi. (Buku Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir 1999:50-52)
       Makna yang didapat dari pembahasan-pembahasan tersebut diatas adalah wawasan belajar tiada akhir/belajar sepanjang hayat. Itu sesuatu yang memberi harapan, karena prestasi manusia tetap dapat ditingkatkan, tetap dapat dioptimalkan, sejauh ada upaya diri yang bersangkutan untuk dapat mengembangkan pola, organisasi, taktik, dan/atau gaya belajarnya.

5.    Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Imlikasi merupakan langsung atau konsekuensi dari dari suatu keputusan. Dengan demikian maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Penerapan azas pendidikan masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan daoat dikelompokan menjadi beberapa kategori yaitu :
1.      Pendidikan baca tulis fungsional
    Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup dikarenakan relevansinya yang ada pada negara-negara berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk yang buta huruf, mereka lebih senang menonton TV, mendengarkan radio, mengakses internet dari pada membaca. Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan huruf fungsional terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh IPTEK terhadap kehidupan masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh karena pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui bahan bacaan utamnya.
    Realisasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal yaitu :
1.      Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung yang fungsional bagi anak didik;
2.      Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya.
2.    Pendidikan vakasional
   Pendidikan vakasional adalah sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal. Oleh sebab itu, program pendidikan yan bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai maksudnya dalam pelaksaannya jangan setengah-setengah tetapi hendaknya sampai akhir. Denga terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi menuntut pendidikan vokasional tetap dilaksanakan secara kontinyu.
3.    Pendidikan profesional
       Realisasi pendidikan seumur hidup, dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Bullt In Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, trimonologi, dan sikap profesionalnya. Sebab bagimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi profesional, bahkan tantangan bagi mereka sangat besar.
4.    Pendidikan kearah perubahan dan pembangunan
     Era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara yang serba masak dengan serba menggunakan mekanik, sampai dngan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinyu (life long education). Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup.
5.    Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
     Selain tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang diman pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pimpinan pemerintah di negara yang demokratis. Diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinyu dalam konteks ini merupakan konsekuensinya. (Jurnal Yati Hardiyanti 2011:13-15)
6.    Perkembangan Kecakapan Intelektual
Dalam belajar sepanjang hayat hendaknya kita mengetahu perkembangan-perkembangan manusia dalam menerima kecakapan intelektual. Umumnya para ahli sependapat bahwa kecakapan intelektual berkembang pesat pada usia muda, dilanjutkan denga periode plateau stabilitas, dan akhirnya menurun cepat. Kapan tumbuh cepat, kapan stabil, dan kapan menurun cepat para ahli belum sepakat. Kapan pertumbuhan awal yang cepat berakhir dan masing-masing ahli menjawab, Doll menyebut usia 13 tahun, Dearborn 14,5 tahun, Binet, Kuhlman, Terman, dan Otis menyebutkan 15-16 tahun, Bayley 21 tahun, Wechsler menyebut 25 tahun sampai 30 tahun. Dan Bayley serta Oden menyimpulkan bahwa akhir pertumbuhan cepat tidak akan melampaui usia 50 tahun. McLeish mengemukakan bahwa penurunan kecakapan intelektual itu tidak menyeluruh, melainkan spesifik. Tyler dan Anastasi menunjukkan hasil tes kekayaan bahasa kompetensi yang menyangkut kehidupan tidak mengikuti stereotipe perkembangan intelektual. Tyler menyimpulkan bahwa beberapa kecakapan intelektual bertahan stabil sampai usia 60 tahun.
Welford berpendapat lain dari pada para ahli tersebut diatas. Dia berkesimpulan bahwa kecakapan intelektual berkait pada usia dalam arti terjadi reduksi kecakapan menanggapi stimuki, sedangkan untuk lingkungan yang telah dikenal, orang lebih tua dapat menampilkan lebih baik. Itu berarti bahwa teknik dan keterampilan pemuda tidak sesuai bagi yang lebih tua. Dengan bertambahnya usia, orang perlu mengerahkan dan mengorganisasikan inteleknya dengan cara baru, agar tetap tumbuh.
7.    Teori Belajar
Dalam belajar sepanjang hayat kita juga perlu memperhatikan teori dalam belajar agar dalam berlangsungnya belajar sepanjang hayat dapat terpenuhi kesuruhannya. Berikut adalah teori-teori belajar.
a.       Teori Koneksionisme dari Thorndike
Menurut teori ini belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahu dengan yang baru. Proses belajar menurut teori ini mengikuti tiga hukum yaitu, hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum efek. Menurut hukum kesiapan, aktivitas belajar dapat berlangsung secara efektif dan efesin bila subyek telah memiliki kesiapan belajar. Menurut hukum latihan, koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi lebih kuat bila ada latihan. Hukum efek menyatakan bahwa aktivitas belajar yang memberi efek menyenangkan cenderung akan diulang atau ditingkatkan, dan bila efeknya tidak menyenangkan akan terjadi sebaliknya. Disamping tiga hukum tersebut, Thorndike mengakui tentang adanya transfer of training. Konsep transfer of training bertolk dari teori unsur identik yang menyatakan bahwa hasl latihan pada sesuatu kecakapan dapat ditransfer pada kecakapan lain bila banyak mengandung unsur identik.
b.      Teori Conditioning
Diikuti dan dikembangkan oleh sejumlah ahli seperti, Watson, Skinner, dan Guthrie. Menurut teori ini belajar adalah proses yang terjadi karena adanya stimulsi. Perubahan perilaku manusia terjadi sebagai hasil dari conditioning berupa latihan atau kebisaan mereaksi terhadap stimulasi.
c.       Teori Gestalt
Teori ini dikembangkan oleh Kohler, Koffka, dan Wert-heimer. Teori gestalt menganggap bahwa insight merupakan inti dari belajar. Hukum-hukum yang ditampilkan ada lima, yaitu hukum penuh arti, hukum kesamaan, hukum keterdekatan, hukum ketertutupan, dan hukum kontinuitas.
d.      Teori Medan dari Kurt Lewin
Teori ini mendasarkan pada kesatuan Gestalt dari masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Hal baru yang dikemukakan yaitu belajar adalah pengubahan struktur konigtif, pengalaman sukses mendorong belajar, dan aspirasi menuntut pemusatan tenaga. (Buku Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir 1999:49-50)


Dari urayan diatas tentang Belajar Sampai Akhir Hayat (Life Long Education) dapat dilihat bahwa belajar tidak hanya berlaku untuk masa muda. Tetapi juga berlaku sepanjang hayat. Anak usia dini, dewasa, sampai lanjut usia pun dapat belajar selagi memang ada kemauan. Hendaknya juga kita dapat belajar sampai akhir hayat karena pendidikan sangatlah diperlukan. Jangan pernah malu belajar saat usia sudah menjelang tua, karena pendidikan pun tidak malu untuk tetap menunggu kita sampai kita dapat menjadi orang sukses dan berakal. 


Sumber
Ilmu pendidikan dan perubahan sosial, Edisi V yany ditulis oleh Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir seorang guru besar Pasca Sarjana.
Jurnal dengan tema Pendidikan Seumur Hidup Dan Implikasinya Oleh Fathul Janah
Jurnal dengan tema Belajar Tanpa Batas Oleh Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Jurnal dengan tema Alam dan Sunatulah dalam Implementasi Pendidikan Sepanjang Hayat Oleh Nidawati
Pengantar Dasar-dasar Kependidikan ditulis oleh Tim Dosen IKIP Malang.
Jurnal dengan Tema Pendidikan Seumur Hidup Oleh Yati Hardiyanti

1 komentar:

  1. Wahh sangat memberi informaai yg bermanfaat. Makasih ya min 😊😊

    BalasHapus

Filsafat Pancasila

Nama   : Intan Komalasari NIM     : 1610112320007 Filsafat Pancasila Pada dasarnya Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakekatnya...