.
IDEALISME
Oleh : INTAN KOMALSARI
NIM : 1610112320007
A. Pengertian Idealisme
Secara
epistemologi, istilah Idealisme berasal dari kata idea yang artinya
adalah sesuatu yang hadir dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih
menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.
Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri,
pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat
tradisional yang paling tua. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu
filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang
semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita)
dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa
dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang
serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau
tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak
dikategorikan idea.
Idealisme dalam artian umum seperti paham atau keinginan
yang sesuai dengan ideal atau pakemnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Idealisme artinya adalah ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg
satu-satunya hal yang benar yg dapat dicamkan dan dipahami.
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang
berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk
realita adalah manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah
idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini
justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai
kebenaran tertinggi.
Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah
bayang-bayang, yang terdapat dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering
menyebutnya dengan ide atau gagasan. Seorang realisme tidak menyetujui
pandangan tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang
nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain. Dengan kata
lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh
panca indra).
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan
pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan
akan didominasi oleh fakultas atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan.
Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh konsep-konsep dan
pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut
psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap perkembangan
pemikiran siswa.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal
pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia.
Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar
demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum
yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga
menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
B. Prinsip-Prinsip Idealisme
Prinsip-prisip
Idealisme yaitu
:
1. Menurut idealisme realitas tersusun
atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem
yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas,
suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
2. Realitas atau kenyataan yang tampak di
alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari
ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
3.
Idealisme
berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih
tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap
sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut
sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah
ekspresi dari jiwa.
4. Idealisme berorientasi kepada
ide-ide yangtheo sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa,
spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang
mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak
spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide
tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini.
C.
Filsafat
Pendidikan Idealisme
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para
filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno,
dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidup pada
tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan
pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal
yang bersifat kebendaan atau material.
Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
a.
Jiwa manusia adalah unsur yang paling penting dalam
hidup.
b.
Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah
nonmaterial.
Filsafat idealisme secara umum disebut sebagai
filsafat abad 19. namun sebenarnya konsep-konsep idealisme sudah ada sejak abad
4 masehi, yaitu dalam ajaran Plato. Plato memercayai bahwa segala sesuatu yang
dapat diinderai adalah kenampakan semata. Realitas yang sesungguhnya adalah
ide-ide, atau bentuk-bentuk asal dari kenampakan itu. Ide-ide itu merupakan
dunia “universal abadi” yang tidak berubah. Apa yang nampak hanyalah refleksi
atau bayangan dari konsep-konsep yang ada dalam dunia “universal abadi,” maka
selalu berubah. Pandangan ini dimulai dari perenungan akan nilai-nilai dari
kenampakan yang ada di dunia ini. Plato menyimpulkan bahwa ada nilai dibalik
kenampakkan itu, maka tentu yang memberi nilai jauh lebih penting dari pada
kenampakkan itu sendiri. Dan ternyata yang memberi nilai atas kenampakkan itu
adalah sesuatu yang metafisik, yang tidak nampak, tetapi terus eksis, yaitu
ide-ide.
Pada abad 19 pandangan ini kembali mendapat tempat
dalam percaturan pemikiran. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah Hegel.
Hegel mengatakan bahwa realitas yang sesungguhnya adalah Jiwa. Jiwa itulah inti
dari keberadaan dunia ini. Jiwa mengambil bentuk objektif tertentu sehingga
dapat di inderai dengan perantaraan dialektika. Sejarah, alam, pikiran manusia
ini adalah refleksi dari Jiwa. Ini berarti Hegel berada pada posisi Idealisme
Subjektif. Disamping
idealisme absolut terdapat idealisme objektif. Idealisme objektif menganggap
bahwa realitas yang sesungguhnya adalah ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada
dalam pikiran manusia. Pikiran manusia menjadi penentu sebuah kebenaran. Segala
sesuatu yang dapat di dinderai ini pada dasarnya hanyalah persepsi atau sensasi
fisik saja, karena indera tidak mampu secara lengkap mampu memahami seluruh
realitas.
Jadi secara umum idealisme adalah pandangan yang
menganggap hal yang terpenting adalah dunia ide-ide, sebab realitas yang
sesungguhnya adalah dunia ide-ide tersebut. Ide-ide tersebut bisa berupa
pikiran-pikiran manusia rasional, bisa juga berupa gagasan-gagasan
kesempurnaan, seperti Tuhan, dan Moral tertinggi. Apa yang bisa diindera ini
hanyalah bayangan atau imitasi dari ide-ide itu. Oleh karena itu dunia yang
dapat di indera ini bersifat tidak tetap. Beranjak dari hal tersebut di atas,
maka sejarah, alam, pikiran manusia itu bisa menjadi bernilai atau memiliki
makna oleh karena adanya ide dibalik kenampakan. Pada awalnya gereja abad 19
menyambut dengan gembira konsep idealisme ini, karena bagi mereka konsep ini
memberikan jawaban rasional atas kritikan materialisme dan sekulerisme. Cara
untuk bisa mengetahui kebenaran ini menurut filsuf idealisme adalah intuisi,
pernyataan atau wahyu, dan rasio. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kritikan
beberapa tokoh materialisme yang mengatakan bahwa idealisme pada hakikatnya
mengorbankan rasio, atau tidak masuk akal, tidak berdasar.
Menurut Plato, seorang filosof idealisme klasik
(Yunani Purba), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Hakikat
manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind
merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong
dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa merupakan
factor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa
jiwa tidak memilki apa-apa.
D.
Prinsip-Prinsip
Filosofis Aliran Idealisme.
Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas
substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem
yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas,
suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual. Realitas atau kenyataan yang
tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran
atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia. Idealisme berpendapat bahwa
manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari pada
materi bagi kehidupan manusia.Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat
yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh
atau sukma.
Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari
jiwa. Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat kepada
Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada
norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme
bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai adanya Tuhan
sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini.
E.
Konsep Filsafat Umum Idealisme
1.
Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat
yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada)
secara menyeluruh (komprehensif).
a. Hakikat Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual
atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi
fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu
pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata,
sesungguhnya diturunkan dari pikiran atau jiwa atau roh.
b.
Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat
spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa,
yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan bagian
rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan,
kebutuhan atau nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah
satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan
jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang
memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.
2.
Epistemologi
Epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat
pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran,
manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati).
Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat
kembali (semua pengetahuan adalah susatu yang diingat kembali).
3.
Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat
yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Para filsuf idealisme
sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi. Menurut penganut Idealime Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan.
Penganut Idealisme
Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam.
F. Implikasi Terhadap Pendidikan
1.Tujuan Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan
untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa.
Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada
setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan
menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami
tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan
fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat
dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat
pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas
tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara
keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain
bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu
membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan
idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia.
Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada
yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan
yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara
sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial
sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan
Tuhan.
2.
Kurikulum Pendidikan
Kurikulum
pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional (praktis). Pendidikan
liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral.
Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan (pekerjaan).
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus
lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak
daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya
senantiasa aktual.
3.
Metode Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir,
sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan.
Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong
berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan
berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk
masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata
pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
4.
Peran Guru
Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi
dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun
intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem
sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses
menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi
para siswa.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang
gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara
khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni
Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah
pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah
lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik,
sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan
hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan
kecil yang tidak banyak bermakna.
Model pemikiran filsafat idealisme yang menganggap anak didik merupakan
makhluk spiritual dan guru yang juga menganut paham idealism menjadikan sistem
pengajaran di kelas biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya
spiritual.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi
sebagai berikut :
a.
Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik
b.
Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu
pengetahuan dari siswa
c.
Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik
d.
Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga
disegani oleh para murid
e.
Guru menjadi teman dari para muridnya
f.
Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan
gairah murid untuk belajar
g.
Guru harus bisa menjadi idola para siswa
h.
Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan
kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya
i.
Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif
j.
Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang
menjadi bahan ajar yang diajarkannya
k.
Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar
sebagaimana para siswa belajar
l.
Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil
m.
Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan
demokrasi
n.
Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
5.
Peran Siswa
Siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan
bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982). Bagi aliran idealisme, anak didik
merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang
menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka
lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman
pribadinya sebagai makhluk spiritual.
G. Penerapan Aliran Idealisme dalam Dunia
Pendidikan
Aliran idealisme, dapat diterapkan
dalam Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Dengan memperhatikan implikasi filsafat pendidikan
realisme maka penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Tujuan program PLS pertama-tama harus difokuskan pada
pembentukan karakter atau kepribadian peserta didik. Pada tahap selanjutnya
program pendidikan tertuju kepada pengembangan bakat dan kebaikan sosial.
Peserta didik digali potensinya untuk tampil sebagai individu
berbakat/berkemampuan yang akan memiliki nilai guna bagi kepentingan
masyarakat.
b.
Kurikulum
pendidikan PLS dikembangkan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan
praktis. Kurikulum diarahkan pada upaya pengembangan kemampuan berpikir melalui
pendidikan umum. Di samping itu kurikulum juga dikembangkan untuk mempersiapkan
keterampilan bekerja untuk keperluan memperoleh mata pencaharian melalui
pendidikan praktis.
c.
Metode
pendidikan dalam program PLS disusun menggunakan metode pendidikan dialektis.
Meskipun demikian setiap metode yang dianggap efektif mendorong belajar dapat
pula digunakan. Pelaksanaan pendidikan cenderung mengabaikan dasar-dasar
fisiologis dalam belajar.
d.
Peserta
didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidikan bekerjasama
dengan alam dengan proses pengembangan kemampuan ilmiah. Oleh karena itu tugas
utama tenaga pendidik adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta
didik dapat belajar dengan efisien dan efektif.
H. Idealisme
dan Filsafat Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan
masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan
praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme
yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof
Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang
seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah
filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di
Universitas New York.
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah.
Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap
naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses
pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan
alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus
mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi
realitas spiritual.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus
lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak dari
pada pengajaran yang textbook agar dirasakan actual.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar
tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa anak
merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai
potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara
anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin
antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan
pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin
watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai
alat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar